Ba’da Isya, dalam duduk berdo’a, tiba-tiba teringat pada seorang sahabat
yang sekitar tahun 2000an dijemput para malaikat untuk menghadap Sang Maha
Pemilik roh. Sudah lama aku tidak menyebut namanya dalam do’a.
Duduk termenung mengingat kembali sosoknya, berlarian lah semua memori
yang terlewati di pusara benakku. Dia gadis yang baik, bahasanya santun, level
keimanannya bagus, mudah bergaul dengan siapapun dan tingkat kesabarannya
sangat luar biasa.
Sejak kecil dia habiskan waktu dengan belajar agama, hingga remaja tak
lekang semangatnya memperdalam ilmu Al-quran. Ketika teman-teman sesama remajanya memilih untuk menikmati nuansa masa
remaja dengan cara yang salah, dia seperti karang yang memegang erat budaya
islam, tidak goyah dalam cermin wanita sholehah.
Dia sangat mengerti akan hakikat berbakti, menghambakan diri dengan
sangat kecil di depan Sang Maha Besar dan merendahkan raganya di hadapan
seorang ayah, lelaki yang dia sebut sebagai hero. Kisah ini dimulai disini, rasa santun menghargai ego seorang ayah
telah mengantarkan dia menerima perjodohan dengan seorang pria, semua bukan
karena cinta melainkan ada kepentingan bisnis ayahnya dengan keluarga mempelai
pria.
Di usianya yang menginjak 17 tahun, telah memaksa dia berada dibawah
atap rumah tangga, menjadi pelayan suaminya dengan segala hiruk pikuk batin
yang berperang. Waktupun berlalu dengan begitu cepat, seolah para malaikat
tidak mau berlama-lama menghapus air matanya.
Dan, beberapa bulan kemudian dia menghembuskan nafas terakhirnya. Dia
pergi membawa semua rasa sakitnya, untuk dibasuh dengan senyum dan keindahan di
taman surga yang telah Alloh siapkan. Kita semua tidak tahu, dibalik senyum dan
patuhnya ada beragam beban jiwa yang memberatkan pundak nuraninya sebagai
seorang wanita.
Selamat jalan teman, kisahmu bukan hanya sekedar tentang hakikat
berbakti, tapi jauh lebih dari itu engkau telah mengajarkan tentang cinta. Cinta yang membuat engkau menerima hantaman
dera, bukan untuk siapa-siapa, bukan untuk ayahmu, bukan untuk suamimu tapi
untuk Tuhanmu yang selalu engkau panggil dalam detak jantungmu…”Alloh, Alloh,
Alloh……” tanpa henti hingga nafas terhenti…
(Ciamis, 15 Desember 2014)
gooodd
ReplyDelete