Kepolosan terpancar menjadi kejujuran, tanggung jawab menjadi energi
perjuangan. Sepintas itulah yang tergambar dibalik sosoknya, sosok seorang pria
yang tidak pernah mengeluh. Penampilannya sederhana, dia welcome dengan
siapapun, kehadirannya bukan ancaman melainkan kenyamanan.
Menginjak remaja dia memutuskan untuk menikah muda. Dia bangun rumah cintanya
dengan kejujuran, tanggung jawab dan kasih sayang. Dia memang orang yang
teruji, hantaman kesusahan bukan membuat lemah melainkan semakin menguatkan
hatinya. Ujian datang tanpa henti, dia sikapi dengan senyum dan lapang hati. Bahkan ketika Alloh menghadirkan dan
mengambil lagi buah hatinya, dia tetap menjadi cahaya yang tak pernah redup.
Hingga suatu waktu, episode ini harus terjadi. Episode dimana cinta yang
ia bangun harus roboh tanpa sisa, tanggung jawab yang selama ini dia
perjuangkan menjadi sampah tanpa nilai. Istrinya
yang selama ini melangkah beriringan, berbelok arah mencari jalan lain, jalan
yang dia anggap lebih indah tanpa kerikil tajam.
Hari itu, istrinya membawa seorang pria ke rumah. Memperkenalkannya
dengan tanpa hijab rasa malu : “kenalkan ini calon suamiku !!”.
***
Berlalu sekian tahun setelah peristiwa itu, dan aku menerima pesan dari
kisahnya :
“Teman, masih ingat denganku? Aku
adalah kejujuran, tapi di tusuk dari belakang oleh istriku. Aku adalah tanggung
jawab tapi dilemparkan hina oleh
istriku. Aku adalah kesabaran tapi di injak-injak oleh istriku. Tapi perlu kamu
tahu, semua ini terjadi bukan karena aku jujur, tanggung jawab atau sabar…
bukan karena itu. Aku dicampakkan hanya satu penyebabnya, karena aku ‘miskin.
Dan sekarang tahukah aku seperti apa? Aku masih kejujuran yang dihormati istri
baruku, masih tanggung jawab yang dimuliakan istri baruku, masih kesabaran yang
menuai surga dari istri baruku. Alloh
tidak pernah membiarkan hamba-Nya menangis, ketika hamba itu tersenyum menerima
goresan cinta-Nya. Dan bukti cinta-nya telah mengantarkan aku damai dalam cinta
yang indah, sangat indah.. ”
Membaca pesannya, membuat aku merindukan sosok pria ini. Aku masih ingat
dia selalu ada saat aku butuh bantuan. Tanpa pamrih menolong saat tanganku
butuh pegangan untuk kembali bangkit. Tapi
disaat dia meminum pil pahit, tanpa ada satupun teman yang membawa madu dan
duduk disampingnya.
Haru semakin menusuk ketika terlihat gambarnya dengan istri barunya.
Ternyata istri barunya adalah seorang wanita dengan anggota tubuh yang tidak
sempurna.
Menutup kisahnya, aku menuliskan sesuatu : Teman, engkau luar biasa.
Jubah dirimu semakin terlihat indah. Kejujuran, tanggung jawab dan kesabaran
semakin nampak terpancar dari jiwamu. Engkau
jujur mencintainya, engkau tunjukan cinta itu dengan penuh tanggung jawab dan
puncak kemulianmu adalah rasa sabar mengurusnya yang memiliki kekurangan.
Semua kamu lakukan hanya karena
hatimu luas, sehingga cinta bisa leluasa berlarian dengan gembira, membangun
kekayaan didalamnya.
(Ciamis, 17 Desember 2014)
No comments:
Post a Comment