Karena Hatimu Luas

oleh ; ef saefudin kamil

Kepolosan terpancar menjadi kejujuran, tanggung jawab menjadi energi perjuangan. Sepintas itulah yang tergambar dibalik sosoknya, sosok seorang pria yang tidak pernah mengeluh. Penampilannya sederhana, dia welcome dengan siapapun, kehadirannya bukan ancaman melainkan kenyamanan.

Menginjak remaja dia memutuskan untuk menikah muda. Dia bangun rumah cintanya dengan kejujuran, tanggung jawab dan kasih sayang. Dia memang orang yang teruji, hantaman kesusahan bukan membuat lemah melainkan semakin menguatkan hatinya. Ujian datang tanpa henti, dia sikapi dengan senyum dan lapang hati. Bahkan ketika Alloh menghadirkan dan mengambil lagi buah hatinya, dia tetap menjadi cahaya yang tak pernah redup.

Hingga suatu waktu, episode ini harus terjadi. Episode dimana cinta yang ia bangun harus roboh tanpa sisa, tanggung jawab yang selama ini dia perjuangkan menjadi sampah tanpa nilai. Istrinya yang selama ini melangkah beriringan, berbelok arah mencari jalan lain, jalan yang dia anggap lebih indah tanpa kerikil tajam.

Hari itu, istrinya membawa seorang pria ke rumah. Memperkenalkannya dengan tanpa hijab rasa malu : “kenalkan ini calon suamiku !!”.

***

Berlalu sekian tahun setelah peristiwa itu, dan aku menerima pesan dari kisahnya :
“Teman, masih ingat denganku? Aku adalah kejujuran, tapi di tusuk dari belakang oleh istriku. Aku adalah tanggung jawab  tapi dilemparkan hina oleh istriku. Aku adalah kesabaran tapi di injak-injak oleh istriku. Tapi perlu kamu tahu, semua ini terjadi bukan karena aku jujur, tanggung jawab atau sabar… bukan karena itu. Aku dicampakkan hanya satu penyebabnya, karena aku ‘miskin. Dan sekarang tahukah aku seperti apa? Aku masih kejujuran yang dihormati istri baruku, masih tanggung jawab yang dimuliakan istri baruku, masih kesabaran yang menuai surga dari istri baruku. Alloh tidak pernah membiarkan hamba-Nya menangis, ketika hamba itu tersenyum menerima goresan cinta-Nya. Dan bukti cinta-nya telah mengantarkan aku damai dalam cinta yang indah, sangat indah..

Membaca pesannya, membuat aku merindukan sosok pria ini. Aku masih ingat dia selalu ada saat aku butuh bantuan. Tanpa pamrih menolong saat tanganku butuh pegangan untuk kembali bangkit. Tapi disaat dia meminum pil pahit, tanpa ada satupun teman yang membawa madu dan duduk disampingnya.
Haru semakin menusuk ketika terlihat gambarnya dengan istri barunya. Ternyata istri barunya adalah seorang wanita dengan anggota tubuh yang tidak sempurna.

Menutup kisahnya, aku menuliskan sesuatu : Teman, engkau luar biasa. Jubah dirimu semakin terlihat indah. Kejujuran, tanggung jawab dan kesabaran semakin nampak terpancar dari jiwamu. Engkau jujur mencintainya, engkau tunjukan cinta itu dengan penuh tanggung jawab dan puncak kemulianmu adalah rasa sabar mengurusnya yang memiliki kekurangan.
Semua kamu lakukan hanya karena hatimu luas, sehingga cinta bisa leluasa berlarian dengan gembira, membangun kekayaan didalamnya.

(Ciamis, 17 Desember 2014) 

No comments:

Post a Comment