TRUST

oleh : ef saefudin kamil

Ini kisah tentang seorang pria dengan setumpuk ide-ide kreatif bisnisnya. Saking kreatifnya setiap melihat apapun pasti jadi ide bisnis, setiap mendengar berita apapun pasti jadi peluang bisnis.
Harusnya dia sudah menjadi seorang jutawan atau bahkan milyader dengan puluhan perusahaan. Harusnya dia sudah menciptakan ratusan produk dengan ide-idenya. Harusnya dia sudah mendulang rupiah bahkan dollar dengan kreatifitasnya. Harusnya….???

Namun kenyataannya,…
Dia masih menjadi seorang pria dengan penghasilan yang minim bahkan minus. Masih menjadi pemimpi yang belum juga menghasilkan apapun dari setiap produk yang dia cetak. Masih menjadi orang bingung yang tidak tahu bagaimana seharusnya hidup..

Pria ini bukan pemalas atau hanya sekedar pengkhayal. Dia selalu action dengan ide-idenya…
Namun sayangnya tidak ada satupun orang yang percaya padanya. Jangankan investor, konsumenpun harus berpikir ribuan kali unutk menjadi pembelinya. Ujung-ujungnya selalu mengalami kebuntuan yang mengantarkan pada kegagalan.

Ini adalah buah dari benih perilaku buruk yang dia sebar selama ini. Sikapnya yang arogan, sering merendahkan sesama, sering menyakiti sesama, angkuh dan selalu menghadirkan rasa tidak nyaman pada siapapun yang ada di dekatnya. 

Saya meyakini, selama dia tidak memperbaiki diri, sampai kapanpun bahkan kemanapun, dia akan selalu menemukan ide-ide bisnisnya hanya sebuah halusinasi yang tidak dianggap orang lain. Ini bukan karena idenya yang buruk tapi karena pribadi orang yang menuangkan ide tersebut adalah orang yang telah kehilangan “Trust”.

Luar biasa bagaimana “Trust” menjadi sesuatu yang sangat berharga. Banyak orang yang tidak punya modal ternyata mampu mendirikan perusahaan dan bisnis yang maju. Banyak pula orang yang tidak memiliki kemampuan marketing, ternyata mampu meraup keuntungan dengan konsumen yang banyak. Semuanya hanya karena dia punya “Trust” yang bisa dijual…

Teman, jangan pernah mengubur “Trust” kita….!!!

(februari 2015)

Ruh LS G-10

oleh : ef saefudin kamil


Hari ini benar-benar sedang kangen pada Laboratorium Sedekah G-10 (LS G-10). Sebuah komunitas sosial yang menampung dan menyalurkan dana sedekah.

Sudah banyak program yang kita jalankan, mulai dari  : (a). Program Santunan Yatim-Dhuafa, (b). Program Santunan Penghafal Qur-an, (c). Program Uang Kaget Ramadhan, (d). Program Bisnis 100%, (e). Program Sosial Bencana dan Sakit, (f). Program Anak Asuh, dan program-program lainnya yang terencana maupun spontanitas.   

Kebersamaan berjuang di jalan Alloh menjadi sesuatu yang sangat berkesan. Kini semua tersisa kenangan, sejak 2014 LS G-10 off. Kendala non teknis, jarak, dan kesibukan tiap anggota menjadi alas an.

Akhirnya setiap anggota bergerak sedekah masing-masing dengan mitra dan atau membuat komunitas baru yang lebih memungkinkan.
Ini sebuah kebanggaan, secara riil LS G-10 memang stop, tapi RUH-nya masih terus hidup dan menghidupkan jiwa tiap anggota untuk terus bergerak membagi manfaat sebanyak-banyaknya.

Teruslah berjuang kawan-kawan, bersama atau tidak, kita tetap bersama dijalan Alloh…

(Ciamis, Februari 2015)





Tulislah Cinta di Hatinya

oleh : ef saefudin kamil

Malam seharusnya menjadi selimutmu, menidurkan lelah dalam rehat yang indah. Namun itu tidak terjadi untukmu, engkau terjaga dan hanya sekejap terlelap. Semuanya terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Matamu sayu tertumpuk kantuk, namun tiada lemah tanganmu mengurusi lembutnya kulit bayimu. Sepanjang malam, mengganti popoknya yang basah atau kotor, menaburkan bedak dan minyak penghangat badannya, memberinya makan dan minum dengan anugerah ASI yang Alloh berikan. Sungguh sebagian besar waktu istirahatmu dirampas oleh cinta, cinta pada amanah Alloh yang mengukir warna indah.

Begitulah istriku yang sudah melahirkan dua jagoan, dan begitu pula semua ibu menjalani episodenya. Sungguh tanpa pamrih kalian melepaskan tenaga, waktu bahkan nyawa untuk nafas anak-anakmu.

Maka coretan hikmahnya adalah sudahkah sekarang kita (yang juga seorang anak) pada ibu-ibu kita; mengulurkan tangan lembut menyentuh kulit mereka, melantunkan bahasa santun didepan raganya, merelakan waktu, tenaga, harta dan nyawa untuk tetap melihatnya tersenyum. Kalau belum, maka kapan? Bukankah jam terus berdetak meraih titik akhir. Kalau mereka sudah tidak ada, sungguh sesal bukan solusi.

Anak-anakku, bahagiakan bunda…!! Pesan ini simpel, tapi ayah yakin makna dan realitanya sangat luas. Karena kebahagiaan bukan sekedar senyum, bukan sekedar sehat bahkan bukan juga sekedar materi… tapi tutur dan lakumu yang menulis cinta di hati bunda adalah lebih dari sekedar apapun
Wajib Selalu ada untu bunda kalian, kalaupun terpisah secara raga tetap kalian hadirkan bunda dalam do’a. Karena do’a itulah yang mendekatkan kalian dengan bunda dan dengan Alloh Yang Maha Dekat.

(Ciamis, 1 Februari 2015)

Karena Hatimu Luas

oleh ; ef saefudin kamil

Kepolosan terpancar menjadi kejujuran, tanggung jawab menjadi energi perjuangan. Sepintas itulah yang tergambar dibalik sosoknya, sosok seorang pria yang tidak pernah mengeluh. Penampilannya sederhana, dia welcome dengan siapapun, kehadirannya bukan ancaman melainkan kenyamanan.

Menginjak remaja dia memutuskan untuk menikah muda. Dia bangun rumah cintanya dengan kejujuran, tanggung jawab dan kasih sayang. Dia memang orang yang teruji, hantaman kesusahan bukan membuat lemah melainkan semakin menguatkan hatinya. Ujian datang tanpa henti, dia sikapi dengan senyum dan lapang hati. Bahkan ketika Alloh menghadirkan dan mengambil lagi buah hatinya, dia tetap menjadi cahaya yang tak pernah redup.

Hingga suatu waktu, episode ini harus terjadi. Episode dimana cinta yang ia bangun harus roboh tanpa sisa, tanggung jawab yang selama ini dia perjuangkan menjadi sampah tanpa nilai. Istrinya yang selama ini melangkah beriringan, berbelok arah mencari jalan lain, jalan yang dia anggap lebih indah tanpa kerikil tajam.

Hari itu, istrinya membawa seorang pria ke rumah. Memperkenalkannya dengan tanpa hijab rasa malu : “kenalkan ini calon suamiku !!”.

***

Berlalu sekian tahun setelah peristiwa itu, dan aku menerima pesan dari kisahnya :
“Teman, masih ingat denganku? Aku adalah kejujuran, tapi di tusuk dari belakang oleh istriku. Aku adalah tanggung jawab  tapi dilemparkan hina oleh istriku. Aku adalah kesabaran tapi di injak-injak oleh istriku. Tapi perlu kamu tahu, semua ini terjadi bukan karena aku jujur, tanggung jawab atau sabar… bukan karena itu. Aku dicampakkan hanya satu penyebabnya, karena aku ‘miskin. Dan sekarang tahukah aku seperti apa? Aku masih kejujuran yang dihormati istri baruku, masih tanggung jawab yang dimuliakan istri baruku, masih kesabaran yang menuai surga dari istri baruku. Alloh tidak pernah membiarkan hamba-Nya menangis, ketika hamba itu tersenyum menerima goresan cinta-Nya. Dan bukti cinta-nya telah mengantarkan aku damai dalam cinta yang indah, sangat indah..

Membaca pesannya, membuat aku merindukan sosok pria ini. Aku masih ingat dia selalu ada saat aku butuh bantuan. Tanpa pamrih menolong saat tanganku butuh pegangan untuk kembali bangkit. Tapi disaat dia meminum pil pahit, tanpa ada satupun teman yang membawa madu dan duduk disampingnya.
Haru semakin menusuk ketika terlihat gambarnya dengan istri barunya. Ternyata istri barunya adalah seorang wanita dengan anggota tubuh yang tidak sempurna.

Menutup kisahnya, aku menuliskan sesuatu : Teman, engkau luar biasa. Jubah dirimu semakin terlihat indah. Kejujuran, tanggung jawab dan kesabaran semakin nampak terpancar dari jiwamu. Engkau jujur mencintainya, engkau tunjukan cinta itu dengan penuh tanggung jawab dan puncak kemulianmu adalah rasa sabar mengurusnya yang memiliki kekurangan.
Semua kamu lakukan hanya karena hatimu luas, sehingga cinta bisa leluasa berlarian dengan gembira, membangun kekayaan didalamnya.

(Ciamis, 17 Desember 2014) 

Karena Aku Mencintai-Mu

oleh : ef saefudin kamil

Ba’da Isya, dalam duduk berdo’a, tiba-tiba teringat pada seorang sahabat yang sekitar tahun 2000an dijemput para malaikat untuk menghadap Sang Maha Pemilik roh. Sudah lama aku tidak menyebut namanya dalam do’a.

Duduk termenung mengingat kembali sosoknya, berlarian lah semua memori yang terlewati di pusara benakku. Dia gadis yang baik, bahasanya santun, level keimanannya bagus, mudah bergaul dengan siapapun dan tingkat kesabarannya sangat luar biasa.

Sejak kecil dia habiskan waktu dengan belajar agama, hingga remaja tak lekang semangatnya memperdalam ilmu Al-quran. Ketika teman-teman sesama remajanya memilih untuk menikmati nuansa masa remaja dengan cara yang salah, dia seperti karang yang memegang erat budaya islam, tidak goyah dalam cermin wanita sholehah.

Dia sangat mengerti akan hakikat berbakti, menghambakan diri dengan sangat kecil di depan Sang Maha Besar dan merendahkan raganya di hadapan seorang ayah, lelaki yang dia sebut sebagai hero. Kisah ini dimulai disini, rasa santun menghargai ego seorang ayah telah mengantarkan dia menerima perjodohan dengan seorang pria, semua bukan karena cinta melainkan ada kepentingan bisnis ayahnya dengan keluarga mempelai pria.

Di usianya yang menginjak 17 tahun, telah memaksa dia berada dibawah atap rumah tangga, menjadi pelayan suaminya dengan segala hiruk pikuk batin yang berperang. Waktupun berlalu dengan begitu cepat, seolah para malaikat tidak mau berlama-lama menghapus air matanya.

Dan, beberapa bulan kemudian dia menghembuskan nafas terakhirnya. Dia pergi membawa semua rasa sakitnya, untuk dibasuh dengan senyum dan keindahan di taman surga yang telah Alloh siapkan. Kita semua tidak tahu, dibalik senyum dan patuhnya ada beragam beban jiwa yang memberatkan pundak nuraninya sebagai seorang wanita.

Selamat jalan teman, kisahmu bukan hanya sekedar tentang hakikat berbakti, tapi jauh lebih dari itu engkau telah mengajarkan tentang cinta. Cinta yang membuat engkau menerima hantaman dera, bukan untuk siapa-siapa, bukan untuk ayahmu, bukan untuk suamimu tapi untuk Tuhanmu yang selalu engkau panggil dalam detak jantungmu…”Alloh, Alloh, Alloh……” tanpa henti hingga nafas terhenti…

(Ciamis, 15 Desember 2014)

Cinta Sang Maha Cinta

oleh : ef saefudin kamil

Malam beranjak larut ketika kisah pengorbanan cinta terus mengalir dari bibir sahabatku ini. Kisah ini pernah aku alami, dan mungkin sebagian banyak orang pernah berada di episode ini. Bagaimana sebuah pengorbanan, kerja keras dan harapan memiliki cinta menjadi sesuatu yang membuat kita sadar. Sadar dengan sepenuh hati, bahwa cinta adalah mutlak milik Yang Maha Cinta. Hanya Dia yang tahu persis bagaimana cinta membutuhkan cinta, dan tahu persis kapan cinta melebur menjadi senyawa dalam ruang dan waktu.

Manusia memang pongah dengan rasa yang menggenggam hatinya. Kita melupakan bahwa ada sutradara yang mengatur skenario cinta. Dengan jumawanya kita meng-ikrarkan bahwa inilah cintaku, inilah jodohku. Kita bahkan telah menghabiskan waktu dengan berkorban tanpa logika, bahkan tidak jarang harga diri tergadai dengan sangat rendah. Hati kita tertutup kabut asa, asa yang terlalu liar melebihi titah-Nya. Merasa telah menemukan separuh jiwa, kita berpaling dari sinyal malaikat yang membawa pesan Sang Maha Raja.

Bagaimanapun juga manusia tetaplah manusia. Makhluk yang terlalu kecil dimata Sang Pencipta. Kekuatan kita berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Kita hanya pemimpi tanpa punya hak untuk meng-eksekusi. Jika sabda cinta-Nya berlaku, maka berlakulah sesuai sabda-Nya. Dan kita akan menemukan bahwa Alloh memahami hati kita.
Pemahaman ini harus kita bayar dengan air mata, kecewa dan rasa sakit yang sangat dalam. Tapi, percayalah setelah itu kita akan tersenyum serta bibir tidak akan pernah berhenti memuji kebaikan-Nya.

Percakapan dengan sahabatku ini ditutup dengan kalimat : “Alloh memang baik, bahkan kebaikan-Nya pun menjamah manusia-manusia yang merasa lebih tahu dari-Nya. Hingga pada akhirnya kita harus sadar, bahwa manusia hanyalah tempatnya berjuang, sementara hasil adalah murni hak prerogatif Alloh. Karena Dia yang tahu persis cinta mana yang terbaik untuk perbaikan kebaikan kehidupan kita, bukan sekedar dunia tapi juga untuk puncak keindahan sebagai pengantin surga. Oleh karena itu yang perlu dilakukan manusia adalah tetap bertanya pada Yang Maha Tahu. Cepat atau lambat Dia akan menjawabnya, pasti menjawabnya. Penuhi hati dengan cinta-Nya, hanya itulah cara yang membuat kita bisa melihat hakikat cinta sesungguhnya.

Selamat berjuang mencari cinta untuk dipersunting, tetaplah menempatkan porsi harapan sewajarnya, agar tidak ada hantaman kekecewaan. Yakini dalam hati, bahwa hanya Alloh yang paling tahu pasangan terbaik untuk kita, bukan sekedar keinginan kita...

(Ciamis, 12 Desember 2014)